Kamis, 23 September 2010

ras kaukasoid


Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.

Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.

camp concentration


Camp Concentration is a 1968 science fiction novel by American author Thomas M. Disch.

Plot introduction

The book is set during a war, projected from the Vietnam War, in which the United States is apparently criminally involved (it is noted at one point that the US is waging germ warfare in "the so-called neutral countries"). The President of the United States during this fictional war is Robert McNamara. The USA has in fact declared war against the rest of the world.
[edit]
Plot summary

Poet, lapsed Catholic and conscientious objector Louis Sacchetti is sent to a secret military installation called Camp Archimedes, where military prisoners are injected with a form of syphilis intended to make them geniuses (hence the punning reference to "concentration" in the novel's title). By breaking down rigid categories in the mind (according to a definition of genius put forward by Arthur Koestler), the disease makes the thought process both faster and more flexible; it also causes physical breakdown and, within nine months, death.
 
Front Cover of Vintage Books 1999 paperback edition.

The book is told in the form of Sacchetti's diary, and includes literary references to the story of Faust (at one point the prisoners stage Christopher Marlowe's Doctor Faustus and Sacchetti's friendship with ringleader Mordecai Washington parallels Faust's with Mephistopheles). It only becomes clear that Sacchetti himself has syphilis as his diary entries refer to his increasingly poor health, and become progressively more florid, until almost descending into insanity.

After a test run on the prisoners, a megalomaniac nuclear physicist has himself injected with the disease, joins Camp Archimedes with his team of student helpers, and sets about trying to end the human race.

The prisoners in the book appear to be fascinated by alchemy, which they used as an elaborate cover for their escape plans. Sacchetti, who is obese, has a number of ironic visions involving other obese historical and intellectual figures, such as Thomas Aquinas. The novel's ending may owe something to the episode "Do Not Forsake Me Oh My Darling" from the television series The Prisoner, for which Disch wrote a spinoff novel.

Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby


Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby atau juga dikenal dengan Brigadir Jenderal Mallaby (lahir di Britania Raya, 1899 – meninggal di Surabaya, Indonesia, 30 Oktober 1945 pada umur 46 tahun) adalah brigadir jenderal Britania yang tewas dalam peristiwa baku tembak 30 Oktober di Surabaya dan memicu keluarnya ultimatum Inggris dan meledaknya Pertempuran 10 November. Brigadir Jenderal Mallby adalah komandan Brigade 49 Divisi India dengan kekuatan ± 6.000 pasukan yang merupakan bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), pasukan Sekutu yang dikirim ke Indonesia setelah selesainya Perang Dunia II untuk melucuti persenjataan tentara Jepang, membebaskan tawanan perang Jepang dan mengembalikan Indonesia kembali menjadi Hindia Belanda kekuasaan Belanda di bawah administrasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Kematian dan pecahnya Pertempuran 10 November

Mallaby memimpin pasukannya memasuki Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang sesuai dengan isi Perjanjian Yalta. Tujuan ini mendapat perlawanan dari pasukan Indonesia karena AFNEI menuntut mereka menyerahkan senjata-senjata yang telah dirampas pihak Indonesia terlebih dahulu dari Jepang. Timbullah beberapa konflik bersenjata antara kedua pasukan, yang salah satunya terjadi pada 30 Oktober 1945 di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Mobil Buick yang ditumpangi Mallaby dicegat oleh pasukan dari pihak Indonesia sewaktu hendak melintasi jembatan dan mengakibatkan terjadi baku tembak yang berakhir dengan tewasnya Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil Mallaby akibat ledakan sebuah granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. [1]
 
Mobil Brigadir Jenderal Mallaby yang terbakar di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah Surabaya

Kematian Mallaby menyebabkan Mayor Jenderal E.C. Mansergh, pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya pada tanggal 9 November 1945 untuk menyerahkan senjata tanpa syarat. Pada tanggal 10 November 1945 pecahlah Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum ini.

Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Pada 20 Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan tuduhan dan dugaan Inggris bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia dan Mallaby dibunuh secara licik. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak dengan pasukan pihak Indonesia, dimana mereka tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi dari Mallaby. Menurut Tom Driberg dalam debatnya di Parlemen Inggris, setelah memerintahkan penghentian baku tembak oleh pasukan India tersebut, dalam satu titik dalam diskusi gencatan senjata, Mallaby kembali memerintahkan untuk memulai tembakan kembali. Hal ini berarti gencatan senjata telah pecah karena perintah Mallaby dan Mallaby tewas dalam aksi pertempuran, bukan dibunuh secara licik. [1]